Indonesia Aman Dari Ancaman Radiasi Nuklir

Rabu, 16 Maret 2011

JAKARTA (Suara Karya): Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) berpendapat, Indonesia aman dari ancaman radiasi nuklir di Jepang. Meski begitu, pengukuran radiasi tetap akan dilakukan di wilayah paling utara Indonesia karena posisinya terdekat dengan Jepang, terutama Kota Manado, Sulawesi Utara.

"Masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir karena embusan angin mengarah ke utara-barat, dengan dua negara terdekat China dan Rusia. Sedangkan Indonesia berada di selatan Jepang," kata Kepala Bapeten As Natio Lasman dalam penjelasannya kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Selasa (15/3).

Lasman menambahkan, kemungkinan Manado terkena radiasi sebenarnya terbilang
sangat kecil. Sebab, embusan angin itu harus melewati wilayah Filipina terlebih dahulu. Kendati demikian, Bapeten akan terus memantau perkembangan yang terjadi di Jepang atas kemungkinan terjadi perubahan arah angin.

"Kalau wilayah Filipina sudah mulai terkena dampaknya, baru kita menyatakan diri untuk siaga, terutama masyarakat yang ada di Provinsi Sulawesi Utara," ujarnya.

Mengutip pernyataan Pemerintah Jepang, Lasman mengatakan, status kedaruratan nuklir masih bersifat lokal karena luas daerah evakuasi masih hingga 20 km dari lokasi kejadian. "Kedaruratannya masih bersifat lokal, belum lingkup negara. Karena itu, kita tidak usah terlalu khawatir," tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, pascagempa bumi berkekuatan 8,9 skala richter yang melanda Jepang, Jumat (11/3), beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) secara otomatis shutdown, termasuk tiga reaktor PLTN di Fukushima, yakni reaktor 1, 2, dan 3. Kondisi itu menimbulkan ledakan hidrogen pada Sabtu (12/3) siang 1 unit dan 3 unit lainnya pada Senin (14/3) dan 2 unit pada Selasa (15/3).

"Ledakan yang terjadi di Fukushima adalah ledakan hidrogen akibat bersentuhan dengan oksigen, bukan ledakan nuklir. Hal itu terjadi akibat hidrogen yang terlalu panas karena listrik di generator untuk mendinginkan radiator mati karena diterjang tsunami," ujarnya.

Dari infomasi yang diperoleh Lasman, reaktor nuklirnya sendiri sebenarnya telah dimatikan setelah gempa mengguncang. Namun, energi panas yang dihasilkan dari nuklir tidak seketika langsung mendingin. Butuh generator untuk mendinginkan sisa panas yang dihasilkan nuklir. Namun sayang, listrik dari generator itu mati karena tsunami. Akibatnya, hidrogen yang ada di dalam reaktor menimbulkan ledakan karena bersentuhan dengan udara luar.

Akibat ledakan dua unit tambahan kemarin, menurut Lasman, Pemerintah Jepang memperluas daerah evakuasi hingga radius 30 km dari lokasi kejadian. Ia berharap wilayah Fukushima segera mendapat hujan agar radiasi jatuh ke bawah dan "terbang" tidak terlalu jauh.

"Laporan Pemerintah Jepang menyebutkan, warga yang terkena radiasi sementara ini ada sekitar 22 orang dari 170 warga yang dievaluasi. Saya baru saja dapat kabar bahwa Kedutaan Besar Prancis di Tokyo mengeluarkan peringatan, paparan radioaktif rendah efek ledakan di PLTN Fukushima Daiichi bisa mencapai Tokyo dalam waktu 10 jam," tutur Lasman.

Terkait isu hujan asam yang akan melanda Indonesia dalam waktu dekat, Lasman menjelaskan, hal itu bisa saja terjadi. Namun, asam yang dipergunakan dalam reaktor nuklir adalah jenis asam borat.

"Masyarakat tak perlu khawatir atas kemungkinan terjadinya hujan asam karena jenis asam borat ini termasuk asam lemah, bahkan jauh lebih lemah dari asam sulfat ataupun asam nitrat serta tidak berbahaya. Asam sulfat dan asam nitrat bisa melukai, tapi asam borat tidak. Asam borat banyak dipergunakan untuk tambahan bahan kosmetik," kata Lasman. (Tri Wahyuni)

Related Articles :